JD.ID Gulung Tikar, Bisnis E-Commerce di Tengah Gelombang PHK 

Akibat ekonomi lesu, bisnis e-commerce di dera gelombang PHK. Bahkan sampai-sampai JD.ID gulung tikar di tahun awal ini.

JD.ID adalah sebuah perusahaan gabungan dari e-commerce China dengan Provident Capital. Perusahaan ini sudah menutup layanannya pada 31 Maret 2023.

JDL Express yang merupakan pusat logistik dari perusahaan ini pun sudah di tutup terlebih dahulu sejak 22 Januari 2023. Selain itu sudah memulai PHK bertahap.

PHK mulai pada Mei dan terbaru Desember akhir tahun lalu, yakni sebanyak 30% atau 200 karyawannya. Tidak hanya JD.ID, bahkan Shopee pun melakukan PHK kepada karyawannya di September tahun kemarin.

Pemangkasan karyawan ini adalah langkah keterpaksaan dimana bertujuan supaya perusahaan tetap efisien, sesudah merubah kebijakan-kebijakan bisnisnya. Begitu menurut Radynal Nataprawira selaku Head of Public Affairs.

Baca juga: Mengenai Barang Kena Pajak Dan Tidak Kena Pajak

Badai PHK Bisnis E-Commerce

Kemudian bagaimana nasib e-commerce lain? Bahkan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo juga melakukan PHK kepada 12% karyawannya berarti berjumlah 1.300 orang.

Muhammad Andri Perdana selaku Celios (Peneliti Center of Economic and Law Studies) beranggapan bahwa gelombang PHK besar-besaran ini terjadi karena alasan pendanaan yang seret dialami oleh e-commerce.

Menurutnya para investor sekarang sangat selektif, mereka berpindah berinvetasi kepada instrumen yang dinilai aman dari pada untuk e-commerce. Karena itulah mengapa para marketplace sekarang ini melakukan promo_nya terbatas.

Andri juga mengungkapkan bahwa “Pada saat perkembangan e-commerce rendah, namun return obligasi negara, semisal US Treasury tinggi dimana resikonya rendah, ini berakibat e-commerce menjadi sudah mendapat suntikan dana investor. Mengambil dana dari bank juga mahal sebab suku bunga pun sedang tinggi.”

Ia menilai daya beli masyarakat pun masih belum stabil sebab adanya inflasi yang tidak diiringi naiknya penghasilan masyarakat.

Selain dari belum stabilnya pendapatan juga karena sudah tidak diberlakukan PPKM, maka dengan kondisi ini konsumen beralih lagi kepada yang lebih ekonomis. Yaitu dengan belanja ke toko konvensional.

Kemudian e-commerce juga di tekan untuk menghindari kerugian, oleh sebab itu sekarang banyak marketplace yang meninggikan biaya admin, dengan begitu maka harga pada e-commerce semakin tidak ekonomis lagi.

Belum lagi hadirnya TikTok Shop yang sangat populer itu menambah saingan dalam marketplace.

Andri menjelaskan bahwa pasar e-commerce sangat bergandengan dan saling bertaut dengan media sosial. Apalagi Facebook dan TikTok terus melakukan perbaikan dan inovasi dalam penyediaan layanan berbelanja milik mereka.

Baca juga: Bisnis Mixue Mendominasi Franchise F&B, Begini Strateginya

Beberapa Alasan Terpuruknya Perusahaan E-Commerce

PHK dalam industri digital masih akan berlanjut kemungkinan besar di tahun ini, menurut Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono.

Yusuf mengungkapkan bahwa kebangkrutan usaha itu dikarenakan aksi over ekspansi pada masa pandemi. Dimana waktu pandemi permintaan produk serta jasa digital meningkat tajam, dengan itu perusahaan melakukan penambahan karyawan secara besar-besaran.

Namun setelah pandemi mulai surut, permintaan produk serta jasa digital pun ikut surut. Kemudian PHK tidak terhindarkan lagi.

Baca juga: Sukses Trading Forex Indonesia 2023

Bima Laga selaku Ketua Umum Indonesia E-Commerce Association (iDEA) menuturkan bahwa PHK tidak terjadi hanya pada sektor digital saja.

Bisnis e-commerce
bisnis.blog

Mengenai JD.ID, adalah persoalan effort dan benefit. Ia menjelaskan bahwa misalkan masih tinggi effort, maka sah saja perusahaan memutuskan untuk menyetop layanan mereka dengan tujuan efisensi. Selain itu juga bertujuan menjaga keuntungan bisnis.

Bima menjelaskan mengenai bisnis e-commerce ini masih akan tetap tumbuh, walaupun sekarang ini lambat. Lambat karena pencabutan PPKM dilakukan di akhir tahun bukan pertengahan.

Belum lagi soal inflasi Indonesia, dimana harga BBM meroket. Inflasi paling tinggi justru ada di luar Pulau Jawa. Sedangkan pertumbuhan transaksi bisnis e-commerce sangat bergantung pada promo ongkir (ongkos kirim). Dengan adanya inflasi tersebut otomatis mempengaruhi minat belanja masyarakat sebab ongkir mahal.

Kemudian mengenai isu resesi pada akhir tahun lalu. Hal itu menjadikan masyarakat menahan uangnya untuk berbelanja online sesuai keinginannya.

Belanja online dan offline akan berjalan berimbang setelah nanti normal baru pasca pandemi covid-19. Ungkap iDEA dengan tegas.

Informasi dalam artikel dari berbagai sumber.