Investasi Reksadana Saat Resesi. Jelang akhir tahun 2022, semakin banyak berita yang mengatakan jika di tahun 2023 dunia akan mengalami resesi global.
Berita tersebut jelas bukan sekedar asal saja karena memang inflasi mulai ramai dirasakan termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Inflasi ini disebabkan oleh banyak hal mulai dari perusahaan yang melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) hingga krisis energi dan pangan yang semakin ramai terjadi.
Pemicunya jelas yakni pandemi yang masih berkepanjangan hingga konflik geopolitik Eropa Timur yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Meskipun Indonesia disebut mampu bertahan, bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk tidak melakukan pertimbangan finansial yang tepat.
Investasi masihlah menjadi satu-satunya cara terbaik untuk mengelola finansial. Dan dari banyaknya aset investasi, reksadana muncul menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan.
Dari banyaknya aset investasi, reksadana muncul menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan, dengan menetapkan rahasia investasi reksadana secara tepat, kamu pastinya bisa bertahan melewati resesi global 2023 nanti.
Peluang Investasi Reksadana Saat Resesi

Berdasarkan sejumlah penelitian yang dilakukan oleh IMF (Dana Moneter Internasional), banyak negara di dunia diprediksi mengalami kontraksi ekonomi cukup hebat. Tak heran kalau angka inflasi global pada tahun 2023 nanti bisa saja menembus 4% dengan perkirakaan pertumbuhan ekonomi dunia hanya sekitar 2,7% saja.
Hal ini jelas bukan isapan jempol apalagi Jerman sebagai penggerak utama ekonomi Uni Eropa sudah mencatatkan angka inflasi 10,9%.
Kondisi ini diperparah dengan keputusan bank-bank sentral di benua Eropa dan Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga acuan, membuat kenaikan inflasi terjadi.
Hal tersebut menjadikan reksadana terutama reksadana pendapatan dianggap sebagai solusi investasi terbaik dalam kondisi ekonomi yang bisa jadi makin buruk.
Kenapa reksadana pendapatan? Karena tingkat risikonya lebih rendah dibandingkan reksadana campuran atau bahkan reksadana saham, itulah kenapa reksadana pendapatan tetap jelas makin menonjol dan layak dimiliki menjelang resesi global 2023.
Pertanyaan terbesarnya, bagaimana bisa reksadana pendapatan tetap melakukan hal itu?
Anda bisa menggunakan dana di dalam reksadana itu ketika IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) terjun bebas saat resesi 2023 nanti.
Kenapa begitu? Karena saat resesi terjadi, saham-saham blue chip mengalami penurunan harga.
Tentu saja saham dari emiten blue chip ini sangatlah memiliki fundamental yang baik, sehingga ketika pasar saham sudah semakin baik, harganya akan langsung melambung.
Baca juga: Mengenai Resesi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 6,6%,
Nah, jika kamu ingin cuan jadi lebih maksimal, ulasan berikut ini wajib kamu ketahui dan dipelajari.
4 Strategi Investasi Reksadana Saat Resesi

Kita ketahui bersama bahwa reksadana terbagi menjadi beberapa jenis, dan jenis reksadana saham begitu berisiko di saat resesi, reksadana pendapatan tetap bisa jadi alternatif terbaik.
Namun jika profil risiko kamu lebih suka main aman, reksadana pasar uang jelas jadi pilihan karena risikonya paling rendah dari yang lain.
Berikut strategi investasi reksadana yang wajib dipertimbangkan.
1. Strategi Lump Sum
Tidak punya penghasilan tetap apakah bisa cuan dalam investasi reksadana? Bisa saja asalkan kamu menggunakan strategi investasi reksadana yang satu ini.
Yak, Lump Sum akan membuat dana investasi yang kamu miliki disetorkan secara sekaligus tanpa adanya penambahan. Pembelian dengan strategi Lump Sum bisa menjadi aman dan sangat efektif terutama saat performa pasar begitu positif dalam jangka pendek.
Tak heran kalau strategi yang satu ini sering dipakai oleh mereka para investor pemula yang begitu suka hal-hal simpel. Keuntungan yang didapat bisa sesuai dengan harapan dan tak perlu repot-repot terus berinvestasi secara bertahap seperti DCA.
2. Market Timing
Strategi investasi reksadana yang tak banyak dipelajari investor adalah market timing. Bahkan strategi ini bisa dibilang tidak boleh diabaikan karena kamu haruslah tahu kapan waktu yang tepat untuk membeli dan menjual reksadana.
Jika kamu membeli reksadana saat kondisi pasar menguat dengan harga cukup rendah, maka sudah pasti cuan yang diperoleh saat reksadana itu dijual kembali bakal lebih besar.
Tapi kalau kamu melakukan pembelian reksadana dengan cukup terburu-buru dan sembrono terutama harganya sedang tinggi hanya karena FOMO (Fear of Missing Out), potensi keuntungan jelas makin tergerus.
Bukan tak mungkin kamu justru malah merugi saat menjual reksadana itu di harga yang anjlok. Strategi market timing ini tentu akan sangat berguna di tahun 2023 ketika banyak negara benar-bener tergelincir ke jurang resesi.
Untuk itulah agar bisa tahu kapan timing yang tepat dalam menjual dan membeli reksadana, ada baiknya indikator IHSG benar-benar kamu perhatikan, termasuk pergerakan pasar.
Meskipun ada MI (Manajer Investasi) dalam reksadana, kamu adalah pihak utama yang menentukan keputusan.
3. Kuasai Buy & Hold
Dari banyaknya strategi investasi reksadana yang ada, strategi buy & hold bisa dibilang tidak cukup mudah untuk dilakukan kendati tampak cukup simpel.
Karena dalam strategi ini, investor haruslah membeli sejumlah efek dan membiarkannya dalam kurun waktu cukup lama.
Mereka yang menggunakan strategi ini biasanya sudah memiliki tujuan finansial tertentu yang jelas seperti ingin ibadah, melanjutkan pendidikan hingga membeli properti.
Karena itulah strategi buy & hold haruslah dilakukan dalam waktu lama seperti 15 tahun lamanya. hampir sama seperti metode value investing dalam saham, keuntungan yang diperoleh oleh investor bakal sama-sama maksimal sedangkan risiko kerugiannya pun bisa diminimalkan.
Namun jika kamu merupakan investor dengan profil risiko yang cukup agresif, tampaknya strategi buy & hold ini akan menjadi sesuatu yang menyulitkan dan bikin tak sabar.
Untuk itulah pertimbangkan terlebih dulu secara matang-matang supaya sekalipun reksesi global kelak terjadi, kamu tak akan menyesal.
4. Pahami DCA (Dollar Cost Averaging)
Bisa dibilang ini adalah strategi investasi reksadana yang cocok bagi investor dengan kebiasaan main aman.
Karena dalam strategi DCA, investor yang lebih fokus dalam menjaga nilai investasi tanpa perlu ribet mengambil keputusan, bakal diuntungkan.
Supaya bisa melakukan strategi DCA ini, kamu haruslah membeli efek yang tepat secara rutin dan berkala entah empat bulan atau enam bulan sekali.
Dengan rutinitas ini, kamu akan terhindar dari keputusan impulsif dalam berinvestasi. Karena bagaimanapun juga sebagai aset investasi, reksadana memang membutuhkan waktu supaya cuan yang dihasilkan bisa maksimal.
Mereka yang menerapkan strategi DCA juga tak perlu panik saat harga pasar menjadi begitu bergejolak.
Kenapa begitu? Karena saat harga anjlok, kamu tetap bisa membeli dengan jumlah dana sama yang artinya unit efek yang bertambah di portofolio pun tetap lebih banyak begitu juga sebaliknya. Untuk itulah strategi ini sangat tepat bagi pemilik penghasilan tetap.
Baca juga: 5 Tips Membeli Barang Kredit dan Seputar KPR
Nah, dari ulasan di atas terungkap bahwa investasi memang tak bisa dilakukan secara sembrono. Sekalipun reksadana yang dianggap sebagai aset relatif aman dan berisiko rendah, kamu tetap harus melakukan strategi yang tepat agar produk itu makin memaksimalkan penghasilan dalam jangka panjang.
Mereka yang mampu bertahan dalam situasi ekonomi buruk, adalah mereka yang punya strategi pertahanan finansial terbaik.
Terapkan sejumlah strategi investasi reksadana di atas secara benar, bukan tidak mungkin jika cuan yang diperoleh mampu meningkat drastis. Sehingga kamu pun bisa melewati ancaman resesi global tahun 2023.
Semangat yah!